Mari pertahankan apa yang telah menjadi ketentuan, pastinya yang memang berdasarkan kebenaran. Hidup di akhir zaman pasti akan banyak tantangan yang berdatangan. Contoh ringan, dulu akhlaq sangat diagung-agungkan, entah itu yang menyangkut Allah sang maha rahman atau pada apa yang iya ciptakan, namun nyatanya sekarang sudah tidak demikian, sekarang akhlaq sudah di remehkan, katanyasih karena sudah tidak relevan.
Tidakkah terbesit dalam igantan, tentang sejarah yang telah lama terlewatkan, zaman dahulu para utusan berjuang bertaruhkan nyawa dan kekuatan, tampa peduli harus dihina dan lecehkan. Zaman sekarang, kita hanya tinggal menjalankan, tampa harus berbondong-bondong membawa persenjataan. Ikhwan sekalian pasti juga sudah faham bahwa diturunkannya para utusan ialah untuk menyempurnakan akhlaq yang di berikan. Nah inilah sisi penting yang harus dipertahankan, karenanya mari lestarikan apa yang telah Rasulullah perjuangkan, dengan cara mengamalkan apa yang beliau syari’atkan.
Salah satu tujuan utama dalam mencari ilmu adalah untuk bisa mendapatkan ridha dari Allah SWT, sedangkan untuk mendapatkan hal tersebut tidak ada cara lain selain dengan mempunyai ilmu yang manfaat. Adapun untuk mendapatkan ilmu yang manfaat memang harus melewati tahap-tahap yang telah ditentukan, dan itupun juga tidak mudah, semisal harus zuhud,tawaddu’,Waro’ dan lain sebagainya. Dan untuk kali ini kita jadikan salah satu dari ketiganya sebagai topik pembahasan. Adalahwaro’. Waro’ menurut syekh Muhammad nawawi bin umar al-jawi ialah,
ملازمة الأعمال الجميلة/menekuni pekerjaan yang baik. Apapun itu, semisal dengan menta’ati perintah guru . Sedangkan waro’ yang sempurna adalah sebagaimana yang diutarakan oleh imam Az-zarnuji, yang diantara lain menjauhi kenyang, tidak meperbanyak tidur, dan tidak memperbanyak bicara yang tidak bermanfaat, dan lain sebagainya. Karena waro’ adalah sebagian dari syarat untuk mendapatkan ilmu yang manfaat, maka ketika tidak melakukan hal tersebut, tiga konsekwensi yang akan diterima. Meninggal di waktu muda, ditempatkan di suatu daerah, yang mayoritas penduduknya adalah orang bodoh, dan yang terakhir adalah dengan melayani pemimpin, sehingga dengan demikian waktu untuk menghasilkan ilmu baginya akan semakin sempit dan sulit. Sebagaimana sabda nabi,
من لم يتورع فى تعلمه ابتلا ه الله تعالى باحد ثلاثة اشيأ اما ان يميته فى شبابه او يوقعه فى الرسا تيق اويبتليه بخدمة السلطان.
Memang untuk melakukan hal di atas akan terasa sulit, bagaimana tidak? Yang harus ditinggalkan adalah semua hal yang sehari-hari dilakukandan, dan itupun berupa kenikmatan. Akan tetapi yang senantiasa harus di ingat adalah الأجر بقدر التعب bahwa “balasan itu tergantung pada usahanya”. Jadi jangan bermimpi jadi orang alim jika tidak mau memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sulit memang, tapi itulah kenyataannya. Di sisi lain mengapa dalam perjalanan mencari ilmu harus melewati tahap-tahap yang tidak mudah? Karena mencari ilmu merupakan perkara yang agung. Bahkan menurut kebanyakan ulama’ mencari ilmu lebih utama dibandingkan dengan berperang.