Sbagai manusia sudah baranga tentu kita tahu sampai mana kapasitas kemampuan kita, karena siapapun akan meninggalkan apa yang dikerjakan jika dirinya sudah merasa tidak mampu, atau yang lebih parah seandainya jika sudah mengikuti arah syetan lambat laun ia akan putus asa dan yang jelas akan berada pada hakikat sesat, maka tidak heran jika sewaktu-waktu mendengar kabar orang pergi pada pesugihan untuk mencukupi himpitan ekonomi yang sedang melanda, jelas-jelas hal ini sudah menduakan kedudukan yang kuasa, lantas ketika pelaku ditanya “mengapa anda lakukan itu?” dengan PD ia akan menjawab, “kalau ada jalan yang mudah, kenapa harus dipersulit” dan akibatnya pada suatu hari ia harus menyesal karena harus kehilangan salah satu keluarga untuk dijadikan tumbal, dan yang jelas ketika demikian putus asa yang ia rasa akan semakin menjadi-jadi. Inilah akibat sudah menyepelekan pertolongan yang maha kuasa. Ini hanya sebagian dari contoh kecilnya saja.kemudian lain halnya dengan orang yang sampai pada hakikat iman yang sesungguhnya,sebagaimana hadits Rasulallah “siapa yang sampai pada hakikat iman, maka hatinya akan tentram”, ia tahu kemana harus minta tolong, sadar dan sabar menjalani sekenario tuhan, tahu apa akibat jika seandainya ia memilih pertolongan selainNya. Maka inilah yang disebut tawakkal, ‘memasrahkan segala urusan pada sang pencipta dari urusan tersebut’ dan jangan diragukan itu bisa dipastikan, bahkan seribu persen-pun bisa. Sebab Allah Swt sudah berjanji, dan 0.1% pun janjiNya tidak pernah tercatat ada yang diingkari, Allah Swt berfirman,
ومن يتوكل على الله فهو حسبه
“barang siapa yang memasrahkan dirinya pada Allah maka ia (Allah Swt) akan mencukupinya”. Sedangkan menurut iman Ghozali, semua yang disebutkan di dalam al-Qur’an adalah sebuah peringatan. Maka jangan kira apa yang kita fikirkan itu lebih baik dari apa yang akan Allah takdirkan, itu berarti sudah bukan dalam keridor tawakkal lagi, sebagaimana di atas, ia sudah tidak lagi mempercayakan pada yang sudah menciptakan. Dalam sebagian hdits, Rosulallah juga bersabda
لو انكم تتوكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير
“seandainya kalian pasrah pada Allah sebenar-benarnya pasrah, niscaya Allah akan memberikan kalian rizqi sebagaimana Ia memberi rizqi pada burung”, sudah tentu bukan rahasia lagi jika apa yang dikabarkan para utusan adalah sebuah keniscayaan, sebab mereka sudah mengemban amanah. Perlu diketahui, menurut imam Ghozali tawakkal adalah sebagian dari sekian banyak bagian iman. Sudah barang tentu bagaimanapun sulitnya sekuat usaha itu tetap harus dilakukan. Sebetulanya jika merujuk pada dasar agama bagian kedua pada ayat terakhir, apapun yang dialami, baik buruk semuanya dari Allah Swt, maka jika kita termasuk hamba Allah yang beriman tentu insya Allah bisa untuk melaksanakannya. Tanpa harus melakukan hal-hal tidak baik yang justru akan berakibat fatal pada diri sendiri. Allah Swt sudah memberikan manusia kemudahan untuk ikhtiar, maka tidaklah salah jika seandainya mau mencari perantara untuk memudahkan urusan, namun jangan sampai itu membawa pada jalan yang salah,
Ach. Busyri