Zaman now demikian kata kebanyakan orang. hal tersebut sudah sangat viral di kalangan formal atau non formal, banyak orang yang beranggapan dengan adanya zaman now berarti menemukan dunia baru dan melupakan dunia yang lama.
Sebut saja contoh yang ada disekitar kita, menghormati guru misalnya, bisa dikatakan hal tersebut sudah hampir punah terbawa oleh arus perkembangan zaman, yang semula baik-baik saja perlahan-lahan kini sudah tidak lagi sempurna, memang terkesan tidak baik, tapi itulah kenyataannya.
Perkembangan zaman mengubah semuanya, dulu kita mudah sekali menemukan perilaku-perilaku terpuji seperti menghormati sesama, akan tetapi sekarang malah sebaliknya ,hanya beberapa yanng masih mempertahankan hal tersebut, di pesantren misalnya, disana bisa dibilang masih sangat kental dengan hal yang berkaitan dengan kata salaf, seperti akhlaqul karimah, “Karena di pesantren itu tidak hanya di ajari wajib itu apa, sunnat itu apa, dan mubah itu apa, melainkan dipesantren itu diharuskan peraktek, bagaimana cara untuk mengaplikasilkan ilmu yang telah diperoleh” demikian dauh syaihkina K.H Ach Romli fakhri. Beda jauh jika dibandingkan pendidikan yang lain, yang disana mereka diberi kebebasan penuh entah itu dalam segi pergaulan, atau antara guru dan anak didiknya, dengan demikian tidak ada lagi batasan-batasan tertentu untuk mereka, dan dengan itu pula kita juga akan sangat mudah menemukan hal yang tak lagi lazim dalam syaria’at islam, semisal bercampurnya lain jenis yang tidak diperbolehkan, nah inilah yang lambat laun akan mengubah keadaan menjadi amburadul.
Berbicara mengenai akhlaq pada guru, pasti akan terbesit dalam benak kita, mengapa kita harus melakukan itu? maka untuk menjawab pertanyaan terseebut, pertama-tama kita kenali dulu guru itu siapa,karena dengan demkian kita akan sadar betapa pentingnya seorang guru ditengah-tengah kita. Guru adalah orang tua kedua setaelah orang kandung kita, iya yang akan mengajari kita agar kita mempunyai budi pakerti yang baik, membedakan mana yang benar dan mana yang salah, ibarat lentera iya yang akan melindungi kita dari kegelapan malam. Bayangkan jika seumpamanya tidak ada guru diantara kita, mungkin tidak akan bisa untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
sedangkan diantara akhlaq yang senantiasa harus kita jaga, iyalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh al-imam az-Zarnujia dalam kitab ta’limul muta’allim, yang diantara lain iyalah,
1- tidak berjalan didepannya.
2- tidak duduk didekatnya, akan tetapi dalam hal ini bukan berarti harus menjauhi guru, melainkan karena ta’dzim. Karenanyalah kita harus menjaga jarak, semisal diperayaan tujuh belas agustus yang akan mendatang, disana seluruh lapisan akan dipersatukan, dengan demikian secara otomatis kita akan lebih dekat dengan para guru, namun, dekat bukan berarti kita bebas bertingkah semaau kita, ingat, bahwa kita harus senantiasa menjaga akhlaq.
3- tidak mengajukan pertanyaan ketika guru sedang dalam keadaan tidak mut/[phusen;red madura], melainkan kita harus menunggu sampai keadaan guru tersebut kembali semula.
4- tidak sembarangan masuk ketempat guru, kecuali jika sudah ada izin, baik ketika iya sedang sendiri atau sedang bersama orang lain, terkecuali jika sedang di majlis umum.
Dan masih banyak lagi yang harus senantiasa kita jaga, al-hasil hendaknya kita harus selalu berusaha agar selalu mendapat ridhanya, serta menjauhi murkanya. Tujuan akhir yang kita harapkan tidak lain dan tidak bukan, iyalah hanya untuk bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Karena menurut imam az-Zarnuji seorang tholabul ,ilm tidak akan mendapatkan ilmu yang manfaat, kecuali dengan ta’dzim pada guru dan ulama’
لا ينال العلم ولا ينتفع به الا بتعظيم العلم واهله وتعظيم الأستاذ وتوقيره
“Seseorang tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya kecuali dengan memuliakan ilmu, ahli, besserta gurunya”. dengan demikian jelas sudah bahwa diantara gerbang utama untuk menuai ilmu yang manfaat adalah ta’dzim