Fikih  

HUKUM MAKAN DI DALAM MASJID

HUKUM MAKAN DAN MINUM DI MASJID

Masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga dijadikan sebagai tempat pengajian semisal acara maulid Nabi dan hari-hari besar islam lainnya. Yang mana dalam pengajian tersebut tidak jarang pasti acara makan dam minum. Memang sejak masa nabi masjid dijadikan sebagai tempat pengajian. Oleh karena itu, Sunnah hukumnya mengadakan pengajian di dalam masjid. Akan tetapi yang terjadi sekarang adalah soal makan dan minum di dalam masjid. Hukum mengadakan ibadah adalah boleh selagi tidak menyempitkan ruang bagi orang yang beribadah. Akan tetapi, bagaimana hukum makan dan minum di masjid? pada dasarnya hukum makan dan minum di masjid boleh, bahkan dulu pada masa nabi para sahabat makan dan minum di masjid.

Di sebutkan di dalam sebuah hadist, riwayat Ibnu Majahdari Abdillah bin Al-Harist disebutkan:
كنا نأكل على عهد النبي صلى الله عليه وسلم فى المسجد الخبز واللحم
” Dulu, pada masa Nabi kita makan roti dan daging di masjid”
Namun hukumnya akan berbeda, jika dalam makan dan minum dan membuat masjid kotor atau dapat menyebabkan bau yang tidak enak maka hukumnya bisa makruh bahkan, bisa haram. Ibnu Ziyad menjelaskan dalam kitab Ghayah talkish al-Murad min fawatawa ibn Ziyad,96-97.”

Di sunnahkan untuk mengadakan pengajian di dalam masjid dan boleh tidur di dalamnya tanpa hukum makruh. Hal itu dengan catatan tidak sampai mempersempit ruang orang yang beribadah di dalam masjid juga beri’tikaf atau lainnya. Meskipun diberi alas atau tidak. Demikian pula tidak masalah makan dan minum dan wudhu di dalam masjid selagi tidak menggangu oran lain dan tidak menyebabkan bau dari makanan tersebut semisal, bau bawang merah yang berhukum makruh.” Dalam penjelasan di atas bahwa makan, minum, dan tidur di dalam masjid boleh. Akan tetapi, Batasan yang diperbolehan tersebut adalah (1). Tidak sampai mempersempit ruang bagi orang beribadah. (2). Tidak menyebabkan bau yang tidak enak dari makanan tersebut. (3). Tidak mengganggu orang lain untuk makan dan minum.Bekas makanan dan minuman yang menyebabkan masjid kotor hingga terlihat jijik. Kotor yang membuat jijik inilah yang menjadikan keharaman mengotori masjid.

dalam kitab al-fiqh ‘ala madzahib al-arba’ah(1:286) misalnya di sebutkan dalam ta’bir demikian:
الشافعية قالوا: الاكل في المسجد مباح ما لم يثرثب عليه ثتدير المسجد كاكل العسل والسمن وكل ما له دسومة,والا حرم لأن تقديرالمسجد بشئ من ذلك ونحوه حرم وان كان طاهرا, أما اذا ترتب عليه تعفيش المسجد لا تقديره كأكل نحو الفول في المسجد فمكروه.
” Ulama mahdzab syafi’I mengatakan bahwa makan di masjid hukumnya boleh, selagi tidak mengakibatkan jijik pada masjid, seperti makan madu, minyak samin, yang setiap makanan yang mengandung lemak/gaji, sebab, (mengotori hingga) masjid terlihat jijik oleh jenis makanan tersebut ialah haram. Meskipun hukumnnya suci. Adapun sisa makan yang hanya mengotori, tidak sampai menjijikan, sebagaimana makan bawang merah di masjid hukumnnya makruh.”


Intinnya pada asalnya hukum makan dan minum di dalam masjid boleh. Kebolehan ini tetap dibatasi pada tidak sampai memnyebabkan masjid bau dan kotor yang menyebabkan jijik. Untuk jenis makanan yang baunya tidak sedap maka hukumnya makruh jika, makanan yang dapat menimbulkan jijik maka haram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *