Dalam kurun dua tahun belakangan kita memasuki musim politik, di sana-sinisemuanya membicarakan politik.Mirisnya karena terlalu fanatik, ahlil ilmi dan Ulama pun digugat, dihujat dan dikritik, seolah-olah para pewaris Nabi tersebut buruk semua tak ada yang baik. Rasa ta’zhim dan mengagungkan sudah mulai terkikisTentunya ini sangat menyalahiaturan dan kode etik, sebab Rasulullah telah mewanti-wanti ummatnya supaya selalu berprasangka baik, lebih-lebih pada pewaris .Al-Quran dan Hadits dikotak-katik,diinterpretasikan (ditafsiri) semaunya sendiri untuk menyerang lawan politik.Seharusnya politik dijadikan media untuk menyebarkan Agama, bukan malah sebaliknya Agama dijadikan kendaraan berpolitik.
Siapapun dilarang untuk menghujat dan mencaci maki, namun karena terlalu fanatik dan tak menyadari, jadinya para politikus hanya menyalahkan kelompok lain dan membenarkan kelompoknya sendiri. Sebuah petisi mengatakan “Dalam politik tidak ada istilah menyalahkan kelompoknya sendiri dan membenarkan kelompok lain, yang ada hanya menyalahkan kelompok lain dan menbenarkan kelompoknya sendiri”. Politik itu harus dipelajari, asal jangan sampai masuknya ke dalamnya santri pun harus mempelajari. Jika tidak, bukan tidak mungkin gampang terhasud dan terprovokasi, yang akhirnya merugikan hanyan diri sendiri. “Kita harus kritis dan cerdas menyikapi hal yang terjadi di zaman sekarang, jangan sampai menjadi kayu bakarnya orang lain” pesan Pengasuh pada segenap santri dan Alumni.