Kaum bersarung sempat menjadi sorotan masyarakat mulai dari kalangan bawah, menengah sampai atas tepatnya dua tahun silam saat Presiden Jokowi meresmikan sekaligus menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Pro kontra pun mencuat ke permukaan publik menanggapi pernyataan Bapak Negara ini dan sempat menjadi trending topic di media massa. Kendati mendapat reaksi bermacam-macam tapi takkan bisa membuyarkan eksistensi dari santri itu sendiri. Terlepas dari permasalahan diatas, esensi adanya santri menarik kita telisik bersama. Apa sebenarnya arti dari kata SANTRI?
Kurang afdhol rasanya menyematkan sebuah sebutan tanpa mengetahui arti sebenarnya. Pada dasarnya para Ulama telah mendefiniskan santri dengan bebagai pengertian melalui sudut pandang yang berbeda namun tetap pada satu substansi. Jika ditinjau dari kosa-kata Arab, kata santri terdiri dari lima huruf abjad ( hijaiyah ) yakni: Sin, Nun, Ta’, Ro’, dan Ya’ dimana tiap hurufnya mempunyai filosofi tersendiri yang saling berhubungan satu sama lain.
Sin: satrul ‘auroh ( menutup aurat ). Sudah menjadi kewajiban bagi setiap insan untuk menjaga kehormatan dirinya dari sesuatu yang dapat membuatnya tercela salah satu caranya ialah dengan menutup auratnya masing-masing. Yang namanya barang berharga tentunya harus selalu dijaga dengan semaksimal mungkiin, tak ubahnya intan permata yang tak lepas dari perhatian dan penjagaan agar tetap berkilau.
Nun: nahyun anil munkar ( mencegah dari kemungkaran) Ta’ : Tarkul ma’ashi (meninggalkan maksiat). Tidak ada kata kompromi meskipun keinginan membumbung tinggi manakala berhubungan dengan yang kemaksiatan.
Ro’: Ri’ayatunnafsi ( menjaga diri dari hawa nafsu). Dalam beberapa teks Hadits Ulama mengutip pernyataan Rasulullah, yang mengatakan bahwa di dunia ini bukanlah terpaku pada medan perang yang mengharuskan berduael dengan senjata, melainkan perang sesungguhnya adalah perang melawan hawa nafsu.
Ya’: yaqinun ( yakin atau mantap ). Komitmen hati dalam menjalani perintah Tuhan harus kokoh agar tidak gampang terombang-ambing oleh apa dan siapapapun. “Semua berasal dari kemantapan batin (hati)” begitulah pepatah bijak mengatakan.