Islam adalah agama yang final, bagi seluruh umat muslim secarah kaffah wajib mempunyai keyakinan bahwa hanya agama islam-lah yang benar, sedangkan semua agama selain islam salah. Hal itu karena sudah dietegaskan oleh Allah Swt di dalam al Qur-an;
إن الدّين عند الله الإسلام
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah agama Islam” (QS. Al Imran {19}.)
melalui ter-utusnya insanul Kamil Rasulullah Saw, agama Islam semakin menjadi semerbak harumnya serta penuh dengan hiasan-hiasan etika, sampai orang kafir-pun mengakuinya terhadap sifat-sifat istimewa yang dimiliki Rasulullah Saw. Dalam hadis Rasulullah Saw bersabda:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Aku diutus tiada lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” (HR. al Baihaqi dari Abu hurairah)
Dalam redaksi hadis di atas, secara tidak langsung Rasulullah Saw mewajibkan seorang muslim untuk mempunyai etika, khususnya kawula muda dan mudi agar bisa menjadi penerus bangsa ala Rasulullah, baik kepada sesama muslim, atau-pun non muslim.
Dalam ranah etika sebenarnya tidak hanya dituntun ketika Rasulullah diutus, pada masa sebelumnya pun Allah Swt menuntun Rasulnya agar tetap mempunyai etika walaupun kepada orang kafir (non muslim) yang jelas-jelas kufur kepada Allah, baik secara akidah maupun nikmat. Misal yang terjadi di zaman Nabi Musa dan Nabi Harun As. Allah Swt berfrman:
إذهبا إلى فرعون إنه طغى, فقولا له قولا لينا, لعله يتذكر أو يخشى “pergilah kalian berdua (musa dan harun) kepada firaun karena sesungguhnya dia sudah melampai batas, maka berbicaralah kalian berdua dengan perkataan yang lemah lembut mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS. Taha 43-44)
Dalam uraian ayat di atas, Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun As untuk tetap ber-etika kepada Firaun yang notabeni sangat kufur kepada Allah karena mengaku sebagai tuhan serta menyiksa seseorang yang tidak mau mengakui tuhan kepada Firaun itulah salah satu ayat yang membahas tentang pentingnya etika.
Bahkan bukan hanya itu, menjaga etika juga bisa menyebabkan mendapatnya petunjuk dari Allah. Seperti yang terjadi pada tukang sihirnya firaun, mereka semua (tukang sihir) bisa mendapat hidayah dari Allah, lantaran menjaga etika kepada Nabi Musa As. Dalam al Qur-an Allah berfirman:
قالوا يا موسى إما أن تلقي وإما أن نكون نحن الملقين
“Ahli sihir-sihir itu berkata wahai musa kamukah yang akan melemparkan terlebih dahulu ataukah kami yang akan lebih dahulu melemparkannya” (QS. al A’raf [7} 115)
Imam al Qurthubi menafsirkan ayat diatas sebagai berikut:
تأدبوا مع موسى عليه السلام فكان ذلك سبب إيمانهم
“Mereka para tukang sihir firaun menjaga etika kepada nabi Musa As. Hal itulah yang menjadi perantara keimanan )hidayah) mereka”
Penafsiran dari Imam al-Qurthubi di atas banyak diikuti oleh Ulama Mufassirin, dengan artian akhlak yang mulia sangatlah dibutuhkan. Disamping itu, juga bisa menarik hidayah Allah Swt seperti kasus yang telah tertera di atas. Andai para tukang sihirnya Firaun tidak memakai etika terhadap Nabi Musa As, tentunya menurut Ulama mereka tidak akan iman kepada Allah dan Nabi Musa As.
TETAPLAH BER-ETIKA WALAUPUN BEDA AGAMA!

Baca Juga
Rekomendasi untuk kamu

Disebutkan dalam hadits bahwa renungan sesaat lebih baik dari pada ibadah setahun, dengan catatan yang…

Keistimewaan orang yang sabar di antar lain bisa meninggikan derajat dan sabar merupakan sebagian dari…

Kita tahu bahwa tawadu adalah sifat yang mulia. Namun tidak semua ketawaduan dianggap mulia, karena…