DIAMLAH, JANGAN BERISIK!

Wanita pasti sangatlah faham, akan individu yang datang dari diri kita mempunyai titik ruang privasi menyendiri. Tidak ingin ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan datang untuk ikut campur dan ada yang menganggu adalah hal yang sangat tidak di inginkan. Hal privasi seperti yang dipaparkan tempat paling nyaman karena hati risau dan tidak tenang, atau bahkan orang-orang diluar sana hanya datang dan menyudutkan atau bahkan memang ingin merusak sebuah keadaan.

Banyak aneka ragam macam ruang privasi yang saya maksudkan. Ada yang berupa bangunan khusus, tidak seorangpun datang untuk masuk, menyimpan semuanya dengan mengunci atau bahkan menyembunyikannya. Sedikit dari seseorang memiliki ruang seperti ini. Tapi, banyak hal privasi yang memang dimiliki oleh seseorang. Sangat tersimpan, sangatlah dalam sehingga tidak bisa digambarkan seperti dalamnya sebuah lautan, kabut malam juga tidak bisa menggambarkan kegelapannya. Makam tidak misteri jika dibandingkan dengan hal ini. Hati dan pikiran kita adalah yang dimaksudkan akan ruang ini.

Hal ini sangatlah privat. Tidak ada seorangpun yang bisa masuk kedalamnya, ada hal pengecualian apabila orang yang mempunyai ruang tersebut membukanya sendiri. Dalam hal ini seseorang setiap manusia menyembunyikan sesuatu yang sangatlah berharga. Tidak ingin diketahui oleh orang-orang adalah tujuan darinya. Bahkan hembusan angin yang lewat tidak diinginkan untuk mendengar ruang ini. Inilah sebuah rahasia.
Begitulah. Semua orang pasti mempunyai rahasia tersendiri. Rahasia tidaklah hanya sebuah keburukan, namun setiap rahasia tidak ada yang ingin di umbar-umbar karena semuanya ingin di sembunyikan. Dalam ajaran syariat islam sangatlah ketat untuk menjaga sebuah rahasia. Ada orang-orang tertentu yang boleh mendapat titipan sebuah rahasia. Dan juga tidak semua orang boleh membuka rahasia.
Sayyidah Fatimah az-Zahra sudah mengajarkan akan hal ini, putri tercinta baginda Nabi ini. Pada sebuah ketika, di waktu baginda Nabi sedang sakit parah menjelang wafat, wanita-wanita istri baginda Rasulullah datang berkumpul untuk menemani. Pada saat itu putri baginda sayyidah Fatimah tiba-tiba datang, kegembiraan Rasulullah terlihat disaat menyambutnya. “Wahai putriku, selamat datang.”
Tidak berselang waktu yang lama, Rasulullah berbisik pelan kepada sayyidah Fatimah. Rasa penasaran datang menyelimuti semua istri baginda Rasululah apa yang di bicarakan dengan putrinya, begitupun rasa penasaran yang datang pada istri yang sangat beliau cintai sayyidah Aisyah. Disaat itu sayyidah Fatimah menangis dengan tersedu-sedu ketika mendengar apa yang dibicarakan oleh sang ayah, rasa iba datang kepada rasulullah di saat melihat putrinya.

Sifat penasaran istri Rasulullah masih belum hilang, Rasulullah kembali berbisik kepada putrinya. Ketika bisikan kedua sudah selesai didengar, rasa sedih yang tadinya datang berangsur hilang seketika, wajahnya sudah kembali ceria, senyuman bahagia nampak datang kepada Rasulullah.
Kejadian yang sangat janggal dan juga sangat mengherankan ini, istri tercinta Rasulullah sayyidah Aisyah bertanya kepada sayyidah Fatimah. Hal apakah yang dibicarakan baginda Rasulullah, hingga membuat dirimu menangis, dan membuat tersenyum bahagia. “Maaf, diriku harus menjaga rahasia baginda Rasulullah,” ungkapan halus sayyidah Fatimah kepada sayyidah Aisyah.
Sahabat Anas bin Malik juga pernah mengalami sebuah kisah serupa. Disaat itu beliau sangatlah masih kecil belia, sangatlah senang jika bermain dengan teman kanak-kanak seusianya. Disaat beliau sedang asyik-asyiknya bermain, Rasulullah tiba-tiba mendatangi sahabat Anas bermaksud meminta bantuannya. Karena sahabat Anas masih menyelesaikan tugas yang diberikan baginda Rasulullah sahabat Anas datang telat ketika pulang kerumah.
Ibundanya bertanya, “kemana saja kamu, Nak? Mengapa pulangnya telat?”
Sahabat Anas menjawab, “Rasulullah meminta bantuan. Jadinya saya masih menyelesaikan tugas dari beliau sebelum saya pulang,”
“Tugas apa?” pertanyaan ibundanya karena penasaran. Namun sahabat Anas tidak mau memberitahukan kepada ibundanya. Ibu sahabat Anas pun sudah faham bahwa tugas tersebut adalah rahasia dari baginda Rasulullah yang harus dijaga, sehingga ibu sahabat Anas tidak bertanya lagi.
Bahkan ada juga sahabat Rasulullah yang mempunyai julukan shahibu sirri Rasulullah (sahabat pemegang rahasia Rasulullah) karena memang sangat pentingnya menjaga sebuah hal rahasia, Beliau adalah shahabat yang mempunyai sebuah nama huzaifah bin al-Yaman. Bahkan beliau adalah satu-satunya shahabat yang diberi daftar ‘munafik’ di kota madinah oleh baginda Rasulullah. Hal demikian bermaksud bahwa, orang munafik adalah musuh dalam selimut yang memang paling berbahaya. Maka dari itu, intelijen khusus untuk mengawasi gerak-gerik orang-orang adalah shahabat Huzaifah.

Demikianlah didalam lingkup ruang keluarga, banyak rahasia yang memang tidak patut di umbarkan harus di simpan dengan sangat rapi oleh pasangan suami ataupun istri. Suami haruslah menyimpan rahasia sang istri tercinta, demikian pula sang istri harus meyimpan rapat-rapat semua rahasia seorang suami. “Pada hari kiamat seburuk-buruknya seorang suami adalah yang mengumbarkan rahasia istrinya, begitupula sebaliknya” bukan hanya mempunyai kewajiban harta yang dimiliki dan kehormatan yang dimiliki seorang suami, namun juga mempunyai kewajiiban menyimpan rapi rahasia suaminya, begitulah yang pernah disampaikan oleh baginda Rasulullah Muhammad.
Igat! Saling percaya dan saling menjaga adalah sebuah tiang yang kokoh untuk membangun sebuah keluarga. Apalagi bagi seorang istri. Menjaga dengan sangat rapi rahasia yang dimiliki seorang suami adalah sebuah kehormatan. Hal demikian sangatlah sulit dan sangat berat untuk para wanita kecuali istri-istri yang memang sholehah dan menginginkan keberkahan. Tidaklah baik jika seorang istri menjadi pintu bagi orang luar serta kemudahan bagi orang luar mengetahui sedikit banyak isi rumah tangga dari kalian semua.
Apabila pilar kepercayaan serorang suami telah dirusak oleh seorang istri dan membuat suami tidak percaya kepada seorang istri untuk menyimpan rahasia yang di milikinya, maka amanah yang sudah di sandangkan suaminya di cabik-cabik dengan tidak baik, maka akibat yang akan diterima akan menghilangkan marwah seorang suami, membakar sebuah hubungan keluarga yang sudah dibina, banyak juga yang mendatangkan sebuah pertikaian yang pada akhirnya perceraian yang harus dijalaninya. Bahkan bisa juga, karena ter-umbarnya sebuah rahasia, rumah tangga yang dibangun bersama, tenggelam sangat dalam bersama tersebar luas sebuah rahasia.
Maka konteks yang sangat tepat untuk mengakhiri tulisan singkat dan juga sederhana ini adalah, sebuah perkataan sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Rahasiamu adalah tawananmu. Maka jika kamu telah membicarakanya kepada orang lain, berarti kamu telah melepaskannya.” Wallahu a’lam.