Sudah cukup lama Wahabi tampil di Indonesia, dengan ekspresi yang cukup menawan, dari tata cara yang hebat dalam menyampaikan Hadis serta al Quran, hingga berhasil membuat sebagian masyarakat awam terpikat terhadap kajian yang di adakan, baik secara online maupun ofline.
Kehadiran Wahabi di Indonesia, merupakan ancaman besar terhadap kedaulatan NKRI, karena mereka mempunyai aspirasi dan intensi untuk menghapus tradisi yang sudah mendarah-daging di sebagian Negara ini, seperti merayakan maulid Nabi dan tahlilan satu hari sampai tujuh hari kematian, hanya karena berdalih tidak pernah dilakukan oleh baginda Nabi.
Dan ketika diamati, ternyata statemen-statemen Wahabi sendiri banyak menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, mulai dari cara menafsirkan Hadis hingga al-Quran. Dari situ menandakan, bahwa mereka bukan ahli Hadis dan al-Quran.
Diantara statemen meraka dalam menafsirkan al-Quran surat al- Fathu ayat, Allah SWT berfirman:
يد الله فوق أيديهم
“Tangan Allah berada di atas tangan-tangan mereka” pada ayat tersebut. (Q.S. Al-Fathu) Ternyata Wahabi menafsirkan, bahwa Allah SWT memiliki tangan layaknya seperti manusia. dan di ayat yang lain Allah SWT berfirman:
كل شيئ هالك إلا وجهه
“Setiap sesuatu akan rusak kecuali Allah” (Q.S. al-Qosos) Dalam ayat ini mereka menafsirkan, bahwa Allah SWT memiliki wajah.
Dari dua ayat di atas, penafsiran mereka (Wahabi) ternyata menghasilkan implikasi yang fatal serta logika yang tidak masuk akal, karena sudah mempunyai asumsi bahwa Allah memiliki tangan dan wajah layaknya seperti makhluk biasanya, namun anehnya tangan Allah akan rusak sedangkan wajahnya kekal coba amati, seberapa besar mereka menistakan Dzatnya Allah SWT ? Na’udzubillah !
Hal ini sangat berbahaya bagi umat serta mendapat ancaman keras dari Rasulullah Saw. Dalam Hadist disebutkan:
إتقوا الحديث عني إلا ما علمتم فمن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار ومن قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار
“Berhati-hatilah kalian dalam menyampaikan hadis dan menyatakan berasal dariku, kecuali apa yang telah kalian ketahui, sebab, barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silahkan ia tempati tempat dudduknya di neraka dan barang siapa mengucapkan sebuah pemahaman atas al Quran dengan pendapatnya sendiri, maka silahkan tempati tempat duduknya di Neraka” ( H.R. At-tirmidzi)