Sesungguhnya, inti dari tauhid adalah untuk diyakini, dan untuk diamalkan. sebab, isi tauhid dan akidah adalah informasi-informasi yang harus kita yakini, bukan aturan atau norma-norma yang mesti kita jalankan, akan tetapi, meskipun subjek dari itu pada dasarnya tidak terkait dengan amaliah namun memiliki pengaruh yang sangat vital dan menentukan terhadap arah dari amaliah itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam agama islam komitmen kepatuhan cukup dilambangkan dalam dua pernyataan kalimat syahadat, pernyataan pertama menyangkut keyakinan,bahwa Allah adalah tuhan yang maha esa. Dan pernyataan kedua, menyangkut keyakinan bahwa nabi muhammad utusan Allah swt, meskipun dalam tataran harfiah tidak ada poin kewajiban yang disebabkan didalamnya, akan tetapi dalam ranah amaliah dua kalimat yang sederhana ini memiliki implikasi yang sangat besar dalam menentukan hidup yang mesti ditempuh oleh seseorang, juga implikasi sosial yang akan diterimanya. sebab, dengan menyatakan dua kalimat syahadat itu berarti dia berjanji untuk menyandarkan hidupnya kepada allah swt, serta meyakini dan mematuhi segala hal yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, sekaligus meletakkan dirinya dalam ikatan komunitas kaum muslimin, “LAHU MA LAHUM WA ALAIHI MA ALAIHIM”
(Memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin yang lain)
Besarnya implikasi sosial,yang tersirat dalam kalimat tauhid tersebut dijelaskan oleh
Rasulullah swt di hadapan orang-orang kafir quraisy;
كلمة واحدة تعطونها, تملكون بها العرب, وتدين لكم بها العجم
”Aku hanya meminta kalian untuk mengucap satu kalimat, yang mana dengan kalimat tersebut kalian dapat menguasai bangsa arab dan menaklukkan bangsa yang lain”
Sabda Rasulullah saw, tersebut merupakan pernyataan yang sangat tegas bahwa jika kewajiban dua kalimat syahadat itu diterima dan dipegang dengan komitmen yang kokoh, maka tidak hanya akan membawa revolusi teologis dunia, namun juga menggerakkan revolusi yang akan mengubah wajah dunia dan mengubah segenap aspek tatanan sosial secara global,
Secara konseptual seharusnya seperti itu, namun masalahnya tidak semua orang yang menyatakan kalimat tauhid itu disertai oleh komitmen yang kokoh, ada orang yang mengucapkan kalimat tauhid hanya sekedar pernyataan lisan, namun tidak memiliki keyakinan tentang kebenaran kalimat tersebut serta tidak memiliki komitmen apa-apa untuk mematuhi konsekwensinya ini adalah orang munafik.
Ada orang yang mengucapkan kalimat tauhid itu dengan meyakini kebenarannya, namun belum sampai meresapinya sepenuh hati, sehingga komitmen kepatuhan yang ada dalam hati masih ala kadarnya, ini adalah kalangan awam umat islam, mereka meyakini kebenaran islam, tapi belum menancapkan islam itu sebagai pandangan hidup yang mendarah mendaging dalam dirinnya.
Ada pula orang yang mengucapkan kalimat syahadat dengan keyakinan dan komitmen penuh, kalimat itu menancap dalam jiwa dan perasaannya serta mengalir bersama dalam darahnya, dan ini adalah tauhid orang-orang khusus, seperti kalangan ulama dan para sufi.
Jadi tauhid atau keimanan yang bersemayam dalam diri seseorang memiliki dua aspek, yaitu aspek keyakinan yang merupakan wilayah.Dan aspek keyakinan yang merupakan kejiwaan, ada banyak orang yang meyakini adanya sesuatu, namun keyakinan itu tidak merasuk kedalam jiwanya sehingga tidak menjiwai, akibatnya, keyakinan tersebut tidak banyak memberi pengaruh terhadap pandangan hidup dan perilakunya, karena keyakinan tersebut belum menyatu dengan perasan, ibaratnya, seperti orang yang sedang bingung arah, saat salat dimasjid dia yakin bahwa dirinya sudah menghadap ke kiblat(ke arah barat) namun perasaannya tetap menyatakan bahwa dirinya menghadap ketimur, selatan, atau sebelah utara.
Proses nalar berfikir sebagaimana yang lumrah diterapkan ilmu kalam(teologi). jalan terbaik agar tauhid itu menyatu dengan jiwa dan perasaan adalah merupakan jalan tasawuf dengan memperbanyak amal ibadah yang disertai kekhusyu’an dan penghayatan. semakin banyak amal ibadah yang dilakukan, maka semakin tajam penyerapan hati terhadap esensi tauhid atau ke imanan. Imam As-syafi`ie menegaskan
قول وعمل ويزيد وينقص, يزيد باطاعة وينقص بالمعصية ;الايمان
“Iman juga berupa ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang, iman bertambah dengan sebab kepatuhan(amal baik) dan berkurang dengan sebab kemaksiatan(amal buruk)”