Khutbah Jum’at Dengan Bahasa Indonesia

Dalam masyarakat kita, terutama di perkotaan. Khutbah Jum’at tidak hanya dengan bahasa Arab, melainkan pula dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang tujuannya agar jamaah mengerti apa yang dikhutbahkan. Sementara dalam aturan fiqh diantara syarat khutbah Jum’at harus disampaikan dengan bahasa Arab. Bagaimana dengan dua hal bersebrangan ini. Paling tidak alasan terkuat dalam penggunaan bahasa arab sebagai pengantar khutbah jum’at, sebagaimana dikemukakan di dalam kitab-kitab mu’tabaroh, karena ulama salaf ataupun ulama Kholaf menggunakan bahasa Arab.

Penggunaan bahasa bersifat muthlaq, baik jamaah memahami materi khutbah atau tidak, dalam khutbah Jum’at tidak syarat jamaah harus mengerti bahasa Arab. Dengan catatan secara umum mereka memahami bahwa iya diberi wejangan dalam khutbah sang khotib, khutbah tetap sah. Meskipun demikian, bukan berarti tak ada peluang untuk menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar khutbah. Paling tidak, rukun-rukun dalam khutbah menggunakan bahasa arab, sedangkan lebih nya dengan bahasa daerah. Sebab yang diharuskan berbahasa arab adalah rukun-rukun khutbah, sehingga tidak ada larangan pasti menggunakan bahasa lain dalam materi khutbah. Kesimpulannya khutbah jumat dengan bahasa Indonesia di perkenankan atau diperbolehkan, terkecuali dalam bacaan al-Qur’an, karena disamakan dengan al-Fatihah yang harus menggunakan bahasa Arab dan selagi rukun-rukun khutbah tetap dengan bahasa arab.

Jika betul-betul dilakukan, khutbah dengan bahasa Indonesia ditekan agar tidak terlalu lama, supaya para jama’ah tidak jenuh, ini tentunya tidak baik, Imam Muslim meriwayatkan “sesungguhnya lamannya shalat seseorang dan ringkasnya khutbahmerupakan tanda kealimannya”. Dalam riwayat lain ada tambahan perintah, “Perpanjanglah shalat kalian dan kalian ringkas khutbah.” (lihat Bulughul –Maram).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *