Malu kepada Allah ﷻ

Salatlah karena Allah ﷻ

Suatu saat, baginda Nabi Muhammad ﷺ melihat seorang sahabat Anshar sedang memberikan nasihat kepada sahabat lain yang pemalu; agar rasa malu itu ia lepas sejauh-jauhnya. Namun, sikap Rasulullah justru sebaliknya. Beliau bersabda:

دعه فإن الحياء من الإيمان

“Biarkan (ia tetap pemalu). Karena rasa malu itu termasuk dari iman.”

Kisah tersebut merupakan satu dari sekian hadis yang membahas terkait fadilah memiliki sifat malu, yang kini sifat tersebut mulai memudar. Terlebih rasa malu kepada Allah ﷻ.

Ambil contoh: dalam niat salat, kita melakukannya itu karena Allah ﷻ. Namun, faktanya, saat salat di hadapan makhluk, kita sangat ‘jaga image’, berbeda dengan ketika salat sendirian. Apakah salat seperti itu yang kita anggap karena Allah ﷻ?

Bukankah kita tahu, bahwa Allah ﷻ Maha Mengetahui salat kita, meski kita melakukannya sendirian? Mengapa lebih menjaga diri dari makhluk daripada sang khaliq?

Dari sana, Imam al-Ghazali dalam Bidayatul-Hidayah memberikan solusi:

فإن لم يحضر قلبك ولم تسكن جوارحك لقصور معرفتك بجلال الله تعالى، فقدر أن رجلا صالحا من وجوه أهل بيتك ينظر إليك ليعلم كيف صلاتك، فعند ذلك يحضر قلبك وتسكن جوارحك، ثم ارجع إلى نفسك وقل: يا نفس السوء الا تستحين من خالقك ومولاك، إذ قدرت اطلاع عبد ذليل من عباده عليك، وليس بيده ضرك ولا نفعك خشعت جوارحك وحسنت صلاتك، ثم إنك تعلمين أنه مطلع عليك، ولا تخشعين لعظمته، أهو – تعالى – عندك أقل من عباده؟! فما أشد طغيانك وجهلكّ وما أعظم عداوتك لنفسك. وعالج قلبك بهذه الحيل فعسى أن يحضر معك في صلاتك؛

“Jika hatimu tidak hadir dan ragamu tidak tenang karena kurangnya pengetahuannya tentang kebesaran Allah Yang Mahatinggi, maka pikirkanlah seorang saleh dari keluarga dekatmu melihatmu untuk mengetahui bagaimana caramu salat. Saat itu, hatimu akan hadir dan ragamu akan tenang. Kemudian, kembalilah pada dirimu sendiri dan katakan: Wahai jiwa yang buruk, apakah kamu tidak malu kepada Pencipta dan Tuhanmu. Ketika kamu memikirkan seorang hamba yang lemah dari hamba-hamba-Nya untuk melihatmu, padahal dia tidak mampu mencelakakanmu atau menolongmu, tubuhmu menjadi khusyuk dan salatmu menjadi bagus? Kamu tahu bahwa Allah Maha Mengetahui, dan kamu tidak khusyuk menyadari kebesaran-Nya. Apakah Allah ﷻ lebih rendah dari hamba-hamba-Nya?! Betapa besar kesombonganmu dan kebodohanmu, dan betapa besar permusuhanmu terhadap dirimu sendiri. Obati hatimu dengan cara ini, semoga hatimu hadir dalam salatmu.”

Exit mobile version